Yeah mungkin terdengar rancu. tapi lebih kurangnya
sedikit-menggambarkan-aku. Mungkin alis kalian agak sedikit bergerak naik ke
atas dengan mimik muka bingung. Tapi biarkanlah aku sedikit bergurau untuk
menjelaskannya
Well,entah mengapa diriku agak agresif dengan teori feminisme.
Mungkin sejak kak gego ,dosen ku,mengajarkan teori ini dalam kelas dan aku
tepatnya kala itu agak sedikit menggebu untuk tahu, yaa mungkin efek baru putus
dari pacarku dan menganggap betapa
brengseknya laki-laki waktu itu. hehe .maafkan aku barisan para mantan, tapi
secara tak sengaja aku bersyukur karena kalian aku tumbuh menjadi sedikit
tangguh dan mandiri tanpa kalian.haha.
Atau mungkin saja aku
tertarik sejak secara –tak-sengaja ibu ku sudah mencekoki diriku dengan hal-hal
yang berbau gender sejak diriku masih berkeliaran dengan pakaian dalam. Saat
itu yang kutahu ibuku wanita karir yg berangkat ke kantor saat aku baru bangun
dan pulang saat aku sudah terlelap dengan susu botol.
Sejak aku duduk di bangku kuliah dan memilih studi ilmu
hubungan internasional. Aku bersyukur bahwa studi yg aku pilih ini memiliki
perhatiannya yg khusus dan penghargaannya yg tinggi terhadap masalah perempuan.
Kecuali dosen pembimbingku yg secara
terang-terangan megutarakan ketidaksenangannya terhadap feminisme .”hari ini
masih saja terlalu keperempuan-perempuanan.”begitu katanya.
Mungkin saja aku juga patut bersyukur kepada wanita-wanita
amerika yg menyuarakan bahwa amerika pilih kasih dalam hak pilih pada pemilu
dan betapa terdiskriminasinya wanita
negro . Sosok hebat yg tanpa mereka teori feminisme tak akan pernah ada. Dan
tentunya kepada Kartini, Cut Nyak Dhien, Cut Meuthia, Dewi Sartika ,Christina
Marta Tiahahu dan sederet pejuang wanita indonesia. Tanpa mereka wanita
indonesia tidak melulu jadi benalu suami dan budak rumah yg mematikan langkah
mereka untuk tahu bahwa di luar sana dunia butuh perempuan. Tidak hanya dirumah
tetapi di sekolah , di rumahsakit, di kantor,
aatau kursi negara pun .
Yah aku bersyukur setidaknya hari ini perempuan-perempuan tumbuh
menjadi sosok hebat yang memiliki peran
dwifungsi . Tidak hanya berperan merawat dan memelihara keluarga tetapi juga
ikut berpikir bagaimana turut berperan dalam
sosial,politik,ekonomi dan budaya. Perempuan tidak hanya menjadi roda pemimpin dalam rumah
tangganya tetapi juga mampu menjadi
pemimpin dalam roda pemerintahan, setidaknya mampu memimpin dirinya sendiri
Tetapi tunggu dulu, betapa pun kesenangan dan ketertarikanku
pada feminisme. Aku menolak dikatai feminis bahkan untuk menjadi seorang
feminis sejati. Aku cukup sebatas sebagai penikmat. Bayangkanlah jika saja aku
menjadi feminis :
-aku akan tidak punya anak. karena seorang feminis tidak
akan menikah. yeah jika saja aku masuk dalam aliran feminis radikal
-hidupku akan berakhir menjadi seorang lesbian. yah, feminis
radikal akan memiliki kecendrungan seperti itu
- seorang feminis tidak mau diperlakukan spesial oleh
laki-laki dan hanya mengandalkan tangan dan kakinya seorang diri. but hey, aku tidak ingin se-independent- begitu. terus
terang biar bagaimana pun perempuan butuh laki-laki dan ingin diperlakukan
spesial tentunya. tentu saja aku masih ingin :
-menikah dengan lelaki yg kucintai dan memiliki anak serta
merawatnya
-aku ini sedikit gaptek tentu saja aku butuh laki-laki yang
melek IT untuk memperbaiki laptopku yg rusak atau membantuku mengoperasikan
program-programnnya
-aku tidak bisa memasang gantungan baju dibalik pintu ,
mengecat rumah, atau membetulkan pintu kamar yang macet. tentu saja aku butuh
laki-laki yg bisa diandalkan dalam hal palu-memalu atau kasarnya dunia
pertukangan
-aku tidak bisa memasang lampu jika tiba kalanya lampu mesti
diganti dan akan panik jika pompa air dirumah tidak bisa menyala atau tiba-tiba
mesin kendaraaanku mogok ditengah jalan . tentu saja aku butuh laki-laki yg tau
mesin dan kebal listrik
-aku tentu saja ingin diperlakukan manis oleh laki-laki ,
dibukakan pintu mobil, dipersilahkan duduk jika tempat duduk di kelas atau di
kendaraan umum sisa satu, mau membayar bon makanan di tempat makan,
mengorbankan jaket atau jas hujan meski
dia harus kedinginan , mau mengantar pulang meski harus melewatkan tayangan
sepakbola tim favoritnya dan tentunya kejutan manis dan romantis di hari
spesial
-percayalah, aku tidak bisa mengangkat dan memasang galon
dan tabung gas 3 kg
Jangan tertawa dulu, sederet daftar diatas bukan ajang
persyaratan mencari jodoh. Tapi bisa dibayangkan jika betapa beratnya jika hidup tanpa bantuan laki-laki. Betapa pun
mandirinya seorang perempuan, pasti ada hal yang tidak bisa ia selesaikan
sendiri dan mau tak mau harus meminta bantuan laki-laki. Yah, sudah kodrat
perempuan . Bahwa sudah sepatutnya perempuan harus dilindungi dan dihargai oleh
laki-laki. Melecehkan atau menyakiti perempuan sama saja dengan menyakiti
dirinyaa sendiri . Bukankah tulang rusuk wanita tercipta dari tulang rusuk laki-laki? :p
Sebaliknya pun begitu ,setangguh dan sejantan seorang
laki-laki pun tidak dapat berdiri sendiri tanpa peran seorang perempuan .
Bayangkan saja jika laki-laki harus hidup tanpa perempuan , maka :
-laki-laki akan selamanya hidup sendiri dan tidak menikah. Memangnya
kuat hidup menjomblo seumur hidup? :p
-laki-laki tidak akan pernah bisa melahirkan
-laki-laki tidak akan pernah bisa menyusui
-Hidup mereka akan berakhir menjadi seorang gay.
-laki-laki tidak pandai memasak, mereka akan sulit
membedakan mana ketumbar yang mana merica, atau yang mana jahe yang mana
kunyit. kecuali mereka yang ditakdirkan dengan tangan ajaib yang bisa memasak [
lelaki yang punya keahlian seperti itu ,sangat seksi dimataku :p ]
-laki-laki akan menganggap urusan membersihkan rumah adalah
hal yang remeh temeh
-laki-laki akan sulit memilih dan memakai pakaian yang
sesuai untuk dipakai dalam kondisi atau acara-acara tertentu. Mungkin mereka
akan memakai celana yang sama saat ke kantor dan saat harus menghadiri acara
pernikahan
-laki-laki akan membiarkan pakaian kotor dan cucian piring menumpuk
hingga segunung
-laki-laki akan hidup sengsara .
Well, dari perbandingan diatas dapat dikatakan bahwa
kesetaraan gender bukan berarti membuat jurang pemisah antara laki-laki dan
perempuan tetapi bagaimana membedakan peran dan fungsi antara laki-laki dan
perempuan. Antara perbedaan peran tersebut mereka akan saling bersinergi untuk
mencapai tujuan yang sama.
Aku bersyukur dilahirkan di dunia sebagai seorang perempuan dan akan menjadi seorang ibu
nantinya akan jauh lebih hebat. Lebih luar biasa lagi aku mampu memimpin diriku
sendiri, memimpin keluarga dan memimpin negara . Dirbekatilah umur panjang perempuan !