Selasa, 30 Agustus 2016

Kembali Bersekolah (1)

Setahun jeda lulus dari dunia perkuliahan, betul betul menguras perasaan, sisanya energi yang dikeluarkan saat masih hangat hangat tai ayam mencari lowongan pekerjaan, menyambut job fair dengan semangat, dan dua bulan yang terasa melelahkan saat memilih pekerjaan yang 'salah'. Salah bukan berada pada pekerjaan itu sebenarnya, saat itu saya sadar bahwa bekerja bukan passion saya, bukan dari dasar kemauan saya yang paling dalam.  Yah kembali ke kalimat awal tadi, pilihan saya bekerja waktu itu karena efek dari" menguras perasaan ". Mengapa? karena begitu banyak pertanyaan berbungkus sindirian pasca saya wisuda, "sudah kerja dimana?"  "eh, sekarang si Ini sudah kerja di perusahaan itu loh, katanya gajinya cukup besar"  dan beberapa versi pertanyaan atau ungkapan lainnya yang intinya tetap sama, yang membuat saya tergerak ingin cepat bekerja kala itu.Disamping peran saya sebagai anak yang tertua, hingga mendorong saya ingin segera mendapatkan pekerjaan.


Hal yang lebih parah, ujung-ujungnya bertanya kapan menikah? atau mungkin perlu saya capslook ya, KAPAN NIKAH? Oh Tuhan....,seperti pernikahan adalah jalan terakhir dan satu-satunya untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan saja bahkan mungkin pilihan terakhir saking tidak adanya pilihan yang ingin dipilih, kalau yang ini asumsi saya sih, karena ada beberapa orang yang hendak menamatkan sekolahnya hanya ingin menikah setelahnya (entah karena alasan besarnya uang panaik, gengsi, tuntutan bahkan memang budaya 'nikah setelah wisuda' yang mereka anggap seperti itu. Atau memang tagline "kapan nikah" hanya sebagai guyonan saja, basa basi belaka yang menguras perasaan :p Ya iya  menguras perasaaan kalau si penanya ini tidak tahu kondisi. Kalau jomblo atau pacarannya belum  matang untuk mengarah kesana? lha baper laaah. eh kok malah saya yang senewen dan baper sendiri ya? haha. 

Kembali ke topik. Kembali bersekolah. Saat saya memutuskan kembali bersekolah. Kebimbangan saya muncul lagi. S2 membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dalam artian, beban orangtua akan lebih banyak dan jauh memberatkan lagi. Bahkan memungkinkan saya akan hidup di tempat lain, di tempat yang benar- benar baru, dengan orang-orang baru, dan tentu saja saya mesti struggle sendirian. Apakah saya bisa? Mendaftar beasiswa juga akan menguras waktu lebih lama lagi dan belum tentu akan lulus juga. Oh pesimisnya saya.

Akhirnya dengan dorongan keluarga, akhirnya saya bisa meneruskan sekolah saya lagi. Kembali bersekolah lagi. Kembali merasakan sensasi perkuliahan yang masih teramat saya rindukan..................di almamater yang sama.

Ya, pilihan ini memunculkan pertanyaan lagi dari beberapa orang, termasuk dosen  yang terbilang sudah akrab (beliau adalah pembimbing skripsi saya). Beliau adalah salah satu orang yang cukup kecewa akan pilihan saya melanjutkan kuliah dengan tetap stay disini, dengan tidak mengambil resiko dan tantangan baru untuk kuliah di luar negeri, tidak seperti senior senior yang sudah terlebih dahulu menyebar ke belahan negara lain . Alasan saya waktu itu " nanti saja bu, nanti kalau sudah bersuami biar ada yang temani kesana ". Haha...sebenarnya alasan saya tidak mengada-ada sih, itu termasuk daftar impian saya. Hehe. (Mungkin nanti saya akan tulis khusus di part itu :p)

Well, aktifitas saya sekarang ini adalah mahasiswi baru pascasarjana Univeristas Hasanuddin , konsentrasi Gender dan Pembangunan. Pilihan saya ini juga cukup banyak menimbulkan reaksi dari beberapa orang. Cukup banyak malah, kalau saya ingat dan hitung baik-baik.

Nanti akan saya ceritakan di part berikutnya ya!

Hikmah postingan saya kali ini adalah : Hidup adalah jawaban dari roda pertanyaan yang terus berputar dan akan terus berlanjut dan berputar lagi, lagi dan lagi. Hahaha.Terima kasih yang sudah membaca!


H A I

H A I

Sudah lama saya tak menjenguk blog saya ini, sekedar memeriksa betapa konyolnya tulisan -tulisan saya yang ada di post sebelumnya. Terakhir saya menulis di blog ini setahun yang lalu dan waktu itu entah mengapa hasrat menulis di blog malah timbul di tengah tengah penggarapan skripsi saya. Aneh kan? saya yang malas menulis atau adrenalin menulis saya baru 'tergugah' di saat saat kejepit.  Memang tidak begitu penting ya?  


Tulisan saya hanya sekedar dan biasa saja, hanya menumpahkan apa yang tersimpan di dalam pikiran. Syukur-syukur tulisan saya bermanfaat (karena saya mem-posting beberapa tugas kuliah S1 ). Siapa pun itu, semoga co-paste nya menghasilkan nilai yang baik haha. Dan.. siapa pun yang membaca uneg uneg hati saya yang sok sastraaaa, semoga terhibur dengan tulisan saya yang tidak kesastraan sama sekali. 


Anyway, ada banyaaaaaak sekali yang ingin saya tumpah ruahkan dalam blog saya yang (nyaris) lumutan ini. Begitu banyak momen momen baik yang saya lewatkan begitu saja tanpa merekamnya dalam sebuah tulisan yang yaaah...(isi sendiri saja ya :p)

Semoga 'nafsu' menulis blog  bisa senafsu membalas chatting di LINE.Terima kasih yang sudah singgah di 'kamar kecil' saya ini. Semoga kalian tetap ramah menyinggahi di post-post saya berikutnya.

Hasil gambar untuk kata hai

Kamis, 05 Maret 2015

Feminisme yang tidak Feminis

Yeah mungkin terdengar rancu. tapi lebih kurangnya sedikit-menggambarkan-aku. Mungkin alis kalian agak sedikit bergerak naik ke atas dengan mimik muka bingung. Tapi biarkanlah aku sedikit bergurau untuk menjelaskannya

Well,entah mengapa diriku agak agresif dengan teori feminisme. Mungkin sejak kak gego ,dosen ku,mengajarkan teori ini dalam kelas dan aku tepatnya kala itu agak sedikit menggebu untuk tahu, yaa mungkin efek baru putus  dari pacarku dan menganggap betapa brengseknya laki-laki waktu itu. hehe .maafkan aku barisan para mantan, tapi secara tak sengaja aku bersyukur karena kalian aku tumbuh menjadi sedikit tangguh dan mandiri tanpa kalian.haha. 

 Atau mungkin saja aku tertarik sejak secara –tak-sengaja ibu ku sudah mencekoki diriku dengan hal-hal yang berbau gender sejak diriku masih berkeliaran dengan pakaian dalam. Saat itu yang kutahu ibuku wanita karir yg berangkat ke kantor saat aku baru bangun dan pulang saat aku sudah terlelap dengan susu botol.
Sejak aku duduk di bangku kuliah dan memilih studi ilmu hubungan internasional. Aku bersyukur bahwa studi yg aku pilih ini memiliki perhatiannya yg khusus dan penghargaannya yg tinggi terhadap masalah perempuan. Kecuali dosen pembimbingku  yg secara terang-terangan megutarakan ketidaksenangannya terhadap feminisme .”hari ini masih saja terlalu keperempuan-perempuanan.”begitu katanya.

Mungkin saja aku juga patut bersyukur kepada wanita-wanita amerika yg menyuarakan bahwa amerika pilih kasih dalam hak pilih pada pemilu dan  betapa terdiskriminasinya wanita negro . Sosok hebat yg tanpa mereka teori feminisme tak akan pernah ada. Dan tentunya kepada Kartini, Cut Nyak Dhien, Cut Meuthia, Dewi Sartika ,Christina Marta Tiahahu dan sederet pejuang wanita indonesia. Tanpa mereka wanita indonesia tidak melulu jadi benalu suami dan budak rumah yg mematikan langkah mereka untuk tahu bahwa di luar sana dunia butuh perempuan. Tidak hanya dirumah tetapi di sekolah , di rumahsakit, di kantor,  aatau kursi negara pun .

Yah aku bersyukur setidaknya hari ini perempuan-perempuan tumbuh menjadi sosok hebat  yang memiliki peran dwifungsi . Tidak hanya berperan merawat dan memelihara keluarga tetapi juga ikut berpikir bagaimana turut berperan dalam  sosial,politik,ekonomi dan budaya. Perempuan  tidak hanya menjadi roda pemimpin dalam rumah tangganya tetapi juga  mampu menjadi pemimpin dalam roda pemerintahan, setidaknya mampu memimpin dirinya sendiri
Tetapi tunggu dulu, betapa pun kesenangan dan ketertarikanku pada feminisme. Aku menolak dikatai feminis bahkan untuk menjadi seorang feminis sejati. Aku cukup sebatas sebagai penikmat. Bayangkanlah jika saja aku menjadi feminis :
-aku akan tidak punya anak. karena seorang feminis tidak akan menikah. yeah jika saja aku masuk dalam aliran feminis radikal
-hidupku akan berakhir menjadi seorang lesbian. yah, feminis radikal akan memiliki kecendrungan seperti itu
- seorang feminis tidak mau diperlakukan spesial oleh laki-laki dan hanya mengandalkan tangan dan kakinya seorang diri. but hey,  aku tidak ingin se-independent- begitu. terus terang biar bagaimana pun perempuan butuh laki-laki dan ingin diperlakukan spesial tentunya. tentu saja aku masih ingin :
-menikah dengan lelaki yg kucintai dan memiliki anak serta merawatnya
-aku ini sedikit gaptek tentu saja aku butuh laki-laki yang melek IT untuk memperbaiki laptopku yg rusak atau membantuku mengoperasikan program-programnnya
-aku tidak bisa memasang gantungan baju dibalik pintu , mengecat rumah, atau membetulkan pintu kamar yang macet. tentu saja aku butuh laki-laki yg bisa diandalkan dalam hal palu-memalu atau kasarnya dunia pertukangan
-aku tidak bisa memasang lampu jika tiba kalanya lampu mesti diganti dan akan panik jika pompa air dirumah tidak bisa menyala atau tiba-tiba mesin kendaraaanku mogok ditengah jalan . tentu saja aku butuh laki-laki yg tau mesin dan kebal listrik
-aku tentu saja ingin diperlakukan manis oleh laki-laki , dibukakan pintu mobil, dipersilahkan duduk jika tempat duduk di kelas atau di kendaraan umum sisa satu, mau membayar bon makanan di tempat makan, mengorbankan jaket atau jas  hujan meski dia harus kedinginan , mau mengantar pulang meski harus melewatkan tayangan sepakbola tim favoritnya dan tentunya kejutan manis dan romantis di hari spesial
-percayalah, aku tidak bisa mengangkat dan memasang galon dan tabung gas 3 kg

Jangan tertawa dulu, sederet daftar diatas bukan ajang persyaratan mencari jodoh. Tapi bisa dibayangkan jika betapa beratnya jika  hidup tanpa bantuan laki-laki. Betapa pun mandirinya seorang perempuan, pasti ada hal yang tidak bisa ia selesaikan sendiri dan mau tak mau harus meminta bantuan laki-laki. Yah, sudah kodrat perempuan . Bahwa sudah sepatutnya perempuan harus dilindungi dan dihargai oleh laki-laki. Melecehkan atau menyakiti perempuan sama saja dengan menyakiti dirinyaa sendiri . Bukankah tulang rusuk wanita tercipta dari  tulang rusuk laki-laki? :p

Sebaliknya pun begitu ,setangguh dan sejantan seorang laki-laki pun tidak dapat berdiri sendiri tanpa peran seorang perempuan . Bayangkan saja jika laki-laki harus hidup tanpa perempuan , maka :
-laki-laki akan selamanya hidup sendiri dan tidak menikah. Memangnya kuat hidup menjomblo seumur hidup? :p
-laki-laki tidak akan pernah bisa melahirkan
-laki-laki tidak akan pernah bisa menyusui
-Hidup mereka akan berakhir menjadi seorang gay.
-laki-laki tidak pandai memasak, mereka akan sulit membedakan mana ketumbar yang mana merica, atau yang mana jahe yang mana kunyit. kecuali mereka yang ditakdirkan dengan tangan ajaib yang bisa memasak [ lelaki yang punya keahlian seperti itu ,sangat seksi dimataku :p ]
-laki-laki akan menganggap urusan membersihkan rumah adalah hal yang remeh temeh
-laki-laki akan sulit memilih dan memakai pakaian yang sesuai untuk dipakai dalam kondisi atau acara-acara tertentu. Mungkin mereka akan memakai celana yang sama saat ke kantor dan saat harus menghadiri acara pernikahan
-laki-laki akan membiarkan pakaian kotor dan cucian piring menumpuk hingga segunung
-laki-laki akan hidup sengsara . 

Well, dari perbandingan diatas dapat dikatakan bahwa kesetaraan gender bukan berarti membuat jurang pemisah antara laki-laki dan perempuan tetapi bagaimana membedakan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan. Antara perbedaan peran tersebut mereka akan saling bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama. 

Aku bersyukur dilahirkan di dunia sebagai  seorang perempuan dan akan menjadi seorang ibu nantinya akan jauh lebih hebat. Lebih luar biasa lagi aku mampu memimpin diriku sendiri, memimpin keluarga dan memimpin negara . Dirbekatilah umur panjang perempuan !


Jumat, 16 Januari 2015

Sajak Dua Dini Hari


 


aku ingin memandangmu sedetik saja
sebelum engkau berbalik dan memunggungiku
jauh..

aku ingin menyentuhmu semenit saja
sebelum engkau menamparkan gelas-gelas kaca ke dalam pikiranku
riuh..

aku ingin  mendekapmu tiga menit saja
jauh ke dalam dadau
sebelum engkau membunuhku
pilu..

aku ingin menciummu, semau yang kamu mau
sebelum engkau tawarkan air racun ke dalam bibirku
sendu...

aku ingin memilikimu selama yang kita bisa
karena tanpa kita
aku bukanlah apa-apa






Piknik Ke Planet Cinta


NAIF! The most favorite band who i loved until the end! NAIF memang gak ada matinya! Mengikuti jejak karirnya dari lagu possesifnya yang saya dengar semenjak masih TK, hingga di bangku kuliah sekarang. Sense of music dari NAIF tetap pada jalurnya yang tidak mengikuti selera pasar, membuat saya cinta setengah mati pada Band ini. Liriknya yang naif, polos, jenaka,nyentrik, nakal, genit tapi tetap memiliki makna yang langsung menyentuh dalam kehidupan sehari-hari membuat Band ini masih kokoh bertahan hingga sekarang.  Digawangi oleh David, Emil, Jarwo dan Pepeng membuat band ini eksis dalam musik Indonesia dengan menelurkan sepuluh album nya yang sangat khas ditelinga para penikmat musik tanah air.

Berbeda dari album-album sebelumnya, rilisan albumnya yang terakhir yaitu Planet Cinta, menyuguhkan lagu-lagu yang tidak se’naif’ biasanya. Berisi lirik cerita patah hati dan jatuh cinta membuat kita melayang ke dalam atmosfer planet cinta dan bermain-main didalamnya . Sebut saja Buta Hati yang menceritakan tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, atau Karena Kamu Cuma Satu yang sukses menjadi Hits ,menceritakan tentang romansa cinta sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Agak sedikit berbeda dengan lagu –lagu cinta yang lain, di lagu Pemimpi tampil berbeda dengan liriknya yang motifatif dan optimistik. Mengajak para pendengar , bahwa tidak ada mimpi yang bisa diwujudkan tanpa sebuah usaha.  Yah, Planet Cinta! Bagi penikmat musik yang mendengarnya akan dibuai oleh perasaan terluka karena patah hati, indahnya jatuh cinta, mengejar angan, mimpi, dan cinta. Dari duabelas lagu, semuanya dikemas secara tidak biasa, dengan gaya retronya Naif sukses membawa pesan haru birunya Planet Cinta dengan bahasa yang apik dan apa adanya. Sedikit cengeng tetapi tidak kampungan
 Umur Panjang Naif! Jangan Terlalu Naif membawa pesan cinta! Mari piknik sejenak ke Planet Cinta!




Jumat, 21 Februari 2014

Kepada hujan yang mengajarkan tabah . . . .



___”Melepaskanmu, kita, apa pun yang menurut mereka cinta, lebih mudah daripada harus menyesal sepanjang Tuhan masih meniupkan hidup.”

Kira kira itu kalimat yang kupetik dari sebuah blog yang kubaca. Kalimat yang menutup tulisannya itu mampu membuatku terhenyak. Terpaku . Betapa  tiga ratus puluh hari sekian telah mengajarkan kita tabah. Meski harap dan cemas bagai dua mata pisau yang siap-siap membunuh kita di kemudian hari, kecuali takdir masih menyayangi kita.

Sabar dan menunggu bukanlah satu-satunya cara terbaik untuk mendapatkan jawaban, meski yang dapat kita lakukan hanyalah itu. Entah sampai kapan kita berdua cukup batu untuk bisa bertahan. Meski dalam diam, pikiran kita sama rapuhnya. Kita sama-sama takut.  Ya kan?

Kita memang tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengubahnya , sayang. Kita pula tidak bisa melawan masa depan untuk mencegahnya. Kita boleh saja patah tapi jangan sampai menyerah. Semoga Tuhan masih mendengar doa yang kita rapalkan kepada setiap langit malam pukul tiga. Aku memang masih bocah yang kapan saja bisa bertindak fatal, tapi aku tetaplah bocah yang masih berpikir bahwa keajaiban di negeri dongeng itu ada. entah itu akan terjadi kepada kita atau tidak, itu hanyalah perkara takdir. Iya, hanyalah kepada takdir kita bersandar dan berserah. Meski manusia macam aku bisa saja tamak dan menolak keburukan yang bakal terjadi jika takdir bahwasanya mengharuskan kita kembali lagi kepada sepasang asing.

Mungkin kita berdua hanya bisa berpikir waras melawan hari  dan berhati kukuh untuk bisa  tabah. Kita hanyalah bisa berusaha mengetuk hati tuhan lebih kencang agar bisa bermurah hati kepada kita.Merubah keadaan kembali ke 360 derajat dan menyambut kita sebagai sepasang merpati yang dimabuk cinta.  Kita memang sepasang keras kepala kan? maka duduk dan diam sajalah. Karena jalan pulang yang selalu kutuju adalah rumahmu, kita.  Jika memang melepaskanmu itu adalah sebuah keharusan , aku selalu berharap kamu akan selalu bermuara padaku. Seperti hujan yang mencintai bumi, begitu katanya—

_untuk kita yang keras kepala _

 

Selasa, 11 Februari 2014

Cerita tentang kita dan Payung Teduh . . .

Iya, kata orang musik adalah bahasa universal. menyampaikan makna melalui sebuah lirik, entah itu sedih, bahagia atau sebuah perlawanan kepada sesuatu. Berbicara musik , kau dan aku tak akan lupa bagaimana musik menyatukan kita pada suatu keakraban yang hangat. Lucu memang, mengingat bagaimana musik menccoba mengakrabi kita melalui perasaan.
Katakanlah cinta, Iya Cinta. Bagaimana kau mencoba membuat ku jatuh cinta dengan lagu-lagu payung teduh. Sarat makna dan syahdu. Aku ingat bagaimana mistisnya lirik itu saat menenggalami kita pada sebuah kerinduan yang mendalam pada salah satu liriknya" rindu ku berbuah lara..." atau pada lirik " sedikit cemas banyak rindunya... " .Atau bagaimana kau mencoba merayuku dengan salah satu lagunya ' Untuk perempuan yang sedang dalam pelukan '. atau bagaimana Payung Teduh mencoba membuatku gelisah dengan ' resah'nya pada saat kita diam dan tidak saling berbicara,
entah aku memang sentimentil dan melankolis, tapi menurutku lirik-lirik payung teduh mencoba menggambarkan hubungan kita yang pasang surut, kadang suka kadang duka.
Aku masih ingat dan kadang terdengar lucu waktu saat kau mencoba menaklukan hatiku dengan mendapatkan cd album payung teduh plus tandatangan lengkap personelnya. Mungkin terkesan berlebihan tapi waktu itu kamu sangat bersikap manis .

Bahkan jika suatu saat salah satu dari kita pergi, payung teduh akan selalu menjadi soundtrack perjalanan kita, menjadi teman perjalanan yang akan selalu mengingatkanku pada dirimu, pada kita...
mungkin saja keteduhanmu dalam mencoba melengkapiku jauh lebih teduh dari sekedar lagu-lagu payung teduh. Tapi yang kutahu kita masih disini, duduk berdua saja seraya mendengarkan payung teduh dan hanyut dalam keteduhan yang sama . Iya ,hanya ada aku, akmu dan cerita kita tentang payung teduh



-untuk D yang telah mendengarkan musik keren ini padaku

 

Jumat, 07 Februari 2014

Jangan Lewat Kedai Kopi

Jangan lewat kedai kopi . . .
Bukannya aku tak suka tempatnya
atau kasir dan pelayannya yang bermuka datar

Jangan lewat kedai kopi . . .
Bukannya aku tak suka bau kaffein yang menguar
atau asap puntung rokok yang mengepul
atau password wifi yang susah diakses
atau para tamu pelanggan yang serakah akan tempat colokan yang penuh dengan charger laptop
ataukah kumpulan simpatisan pendukung partai yang berbincang tak kenal waktu

Jangan lewat kedai kopi . . .
Bukannya aku tak suka minumannya , cola float lah salah satunya yang menjadi favoritku
Bukannya aku tak suka makanannya, walau steak dagingnya terlalu alot
Bukannya harganya terlalu mahal
Bukan . . .

Jangan lewat kedai kopi . . .
Jangan . . .
Aku bilang jangan . . .
Karena. . .
 tempat itu mengingatkan aku pada dirinya . . .


 

Selasa, 04 Februari 2014

PELANGGARAN HAM TENTANG TENTARA ANAK . STUDI KASUS : PENINDASAN TERHADAP TENTARA ANAK PEREMPUAN



Dewasa ini, perkembangan dunia secara global tidak jauh dari konflik. Di mana terdapat pemberontakan yang dilakukan secara sporadis oleh orang-orang yang merasa dirinya tidak puas. Pemberontakan yang berujung konflik ini mengakibatkan terganggunya sistem kehidupan bermasyarakat di daerah konflik tersebut. Kerusakan ini berakibat pada hilangnya kesempatan seseorang untuk untuk mendapatkan haknya, terutama anak-anak, dan khususnya anak perempuan. Dari data yang dilaporkan UNICEF, lebih dari 300.000 anak-anak perempuan dan laki-laki dibawah umur 18 tahun  direkrut menjadi tentara anak dan berperang dalam lebih dari 30 konflik di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen atau 120.000 tentara anak-anak adalah anak perempuan, namun sayangnya penderitaan yang sering muncul dan menjadi perhatian internasional sebagian besar berfokus pada anak laki-laki.
Secara global, ketika orang berbicara tentang tentara anak-anak, pemikiran yang muncul adalah anak laki-laki. Padahal masih terdapat banyak ratusan ribu anak perempuan yang juga dijadikan sebagai tentara anak. Sayangnya, mereka kurang terlihat bahkan sama sekali tidak terdeteksi, atau biasa disebut sebagai tentara bayangan (shadow armies) dalam konflik di seluruh dunia. Tentu saja hal tersebut mengacu pada konsep bagaimana perempuan dipandang tidak sejajar dengan laki-laki.
Penggunaan anak perempuan untuk dijadikan tentara anak merupakan satu bentuk eksploitasi yang sangat kejam. Anak perempuan tidak lagi dilindungi sebagaimana mestinya. Ketika menjadi tentara anak, anak perempuan cenderung mendapatkan perlakuan yang lebih buruk ketimbang anak laki-laki. Selain itu, saat berhasil keluar dari tentara anak, anak perempuan tidak mudah untuk diterima kembali ke dalam masyarakat ataupun keluarga. .Pada negara –negara  konflik , para pemberontak yang berkuasa memaksa seluruh elemen masyarakat untuk bergabung tidak terkecuali anak-anak, khususnya anak perempuan. Pada kasus anak perempuan, mereka berpikir dengan adanya anak perempuan mereka dapat mendapat keuntungan ganda, pertama mereka akan mendapatkan tenaga seperti anak laki-laki, kedua mereka dapat mengekploitasi seksual anak perempuan. Pemikiran tersebut merupakan representasi patriarki dan subordinasi pada anak perempuan. Tentu ini merupakan bentuk paling kejam. Mengingat kedua hal tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang berat..
            Perlu disadari secara bersama bahwa sistem yang mendominasi dan patriarki merupakan awal dari sebuah malapetaka bagi perempuan, terutama anak-anak perempuan.Tentunya yang harus dilakukan ialah menghapuskan sistem tersebut tanpa syarat sedikitpun. Mengingat, dominasi dan patriarki telah menyebabkan pelanggaran HAM yang berat. Seperti yang terjadi pada mantan tentara anak perempuan.


 -Sebagai tugas sinopsis dalam mata kuliah Hak Asasi Manusia-


 

Meuthia's World Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger