Jumat, 21 Februari 2014

Kepada hujan yang mengajarkan tabah . . . .



___”Melepaskanmu, kita, apa pun yang menurut mereka cinta, lebih mudah daripada harus menyesal sepanjang Tuhan masih meniupkan hidup.”

Kira kira itu kalimat yang kupetik dari sebuah blog yang kubaca. Kalimat yang menutup tulisannya itu mampu membuatku terhenyak. Terpaku . Betapa  tiga ratus puluh hari sekian telah mengajarkan kita tabah. Meski harap dan cemas bagai dua mata pisau yang siap-siap membunuh kita di kemudian hari, kecuali takdir masih menyayangi kita.

Sabar dan menunggu bukanlah satu-satunya cara terbaik untuk mendapatkan jawaban, meski yang dapat kita lakukan hanyalah itu. Entah sampai kapan kita berdua cukup batu untuk bisa bertahan. Meski dalam diam, pikiran kita sama rapuhnya. Kita sama-sama takut.  Ya kan?

Kita memang tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengubahnya , sayang. Kita pula tidak bisa melawan masa depan untuk mencegahnya. Kita boleh saja patah tapi jangan sampai menyerah. Semoga Tuhan masih mendengar doa yang kita rapalkan kepada setiap langit malam pukul tiga. Aku memang masih bocah yang kapan saja bisa bertindak fatal, tapi aku tetaplah bocah yang masih berpikir bahwa keajaiban di negeri dongeng itu ada. entah itu akan terjadi kepada kita atau tidak, itu hanyalah perkara takdir. Iya, hanyalah kepada takdir kita bersandar dan berserah. Meski manusia macam aku bisa saja tamak dan menolak keburukan yang bakal terjadi jika takdir bahwasanya mengharuskan kita kembali lagi kepada sepasang asing.

Mungkin kita berdua hanya bisa berpikir waras melawan hari  dan berhati kukuh untuk bisa  tabah. Kita hanyalah bisa berusaha mengetuk hati tuhan lebih kencang agar bisa bermurah hati kepada kita.Merubah keadaan kembali ke 360 derajat dan menyambut kita sebagai sepasang merpati yang dimabuk cinta.  Kita memang sepasang keras kepala kan? maka duduk dan diam sajalah. Karena jalan pulang yang selalu kutuju adalah rumahmu, kita.  Jika memang melepaskanmu itu adalah sebuah keharusan , aku selalu berharap kamu akan selalu bermuara padaku. Seperti hujan yang mencintai bumi, begitu katanya—

_untuk kita yang keras kepala _

 

Selasa, 11 Februari 2014

Cerita tentang kita dan Payung Teduh . . .

Iya, kata orang musik adalah bahasa universal. menyampaikan makna melalui sebuah lirik, entah itu sedih, bahagia atau sebuah perlawanan kepada sesuatu. Berbicara musik , kau dan aku tak akan lupa bagaimana musik menyatukan kita pada suatu keakraban yang hangat. Lucu memang, mengingat bagaimana musik menccoba mengakrabi kita melalui perasaan.
Katakanlah cinta, Iya Cinta. Bagaimana kau mencoba membuat ku jatuh cinta dengan lagu-lagu payung teduh. Sarat makna dan syahdu. Aku ingat bagaimana mistisnya lirik itu saat menenggalami kita pada sebuah kerinduan yang mendalam pada salah satu liriknya" rindu ku berbuah lara..." atau pada lirik " sedikit cemas banyak rindunya... " .Atau bagaimana kau mencoba merayuku dengan salah satu lagunya ' Untuk perempuan yang sedang dalam pelukan '. atau bagaimana Payung Teduh mencoba membuatku gelisah dengan ' resah'nya pada saat kita diam dan tidak saling berbicara,
entah aku memang sentimentil dan melankolis, tapi menurutku lirik-lirik payung teduh mencoba menggambarkan hubungan kita yang pasang surut, kadang suka kadang duka.
Aku masih ingat dan kadang terdengar lucu waktu saat kau mencoba menaklukan hatiku dengan mendapatkan cd album payung teduh plus tandatangan lengkap personelnya. Mungkin terkesan berlebihan tapi waktu itu kamu sangat bersikap manis .

Bahkan jika suatu saat salah satu dari kita pergi, payung teduh akan selalu menjadi soundtrack perjalanan kita, menjadi teman perjalanan yang akan selalu mengingatkanku pada dirimu, pada kita...
mungkin saja keteduhanmu dalam mencoba melengkapiku jauh lebih teduh dari sekedar lagu-lagu payung teduh. Tapi yang kutahu kita masih disini, duduk berdua saja seraya mendengarkan payung teduh dan hanyut dalam keteduhan yang sama . Iya ,hanya ada aku, akmu dan cerita kita tentang payung teduh



-untuk D yang telah mendengarkan musik keren ini padaku

 

Jumat, 07 Februari 2014

Jangan Lewat Kedai Kopi

Jangan lewat kedai kopi . . .
Bukannya aku tak suka tempatnya
atau kasir dan pelayannya yang bermuka datar

Jangan lewat kedai kopi . . .
Bukannya aku tak suka bau kaffein yang menguar
atau asap puntung rokok yang mengepul
atau password wifi yang susah diakses
atau para tamu pelanggan yang serakah akan tempat colokan yang penuh dengan charger laptop
ataukah kumpulan simpatisan pendukung partai yang berbincang tak kenal waktu

Jangan lewat kedai kopi . . .
Bukannya aku tak suka minumannya , cola float lah salah satunya yang menjadi favoritku
Bukannya aku tak suka makanannya, walau steak dagingnya terlalu alot
Bukannya harganya terlalu mahal
Bukan . . .

Jangan lewat kedai kopi . . .
Jangan . . .
Aku bilang jangan . . .
Karena. . .
 tempat itu mengingatkan aku pada dirinya . . .


 

Selasa, 04 Februari 2014

PELANGGARAN HAM TENTANG TENTARA ANAK . STUDI KASUS : PENINDASAN TERHADAP TENTARA ANAK PEREMPUAN



Dewasa ini, perkembangan dunia secara global tidak jauh dari konflik. Di mana terdapat pemberontakan yang dilakukan secara sporadis oleh orang-orang yang merasa dirinya tidak puas. Pemberontakan yang berujung konflik ini mengakibatkan terganggunya sistem kehidupan bermasyarakat di daerah konflik tersebut. Kerusakan ini berakibat pada hilangnya kesempatan seseorang untuk untuk mendapatkan haknya, terutama anak-anak, dan khususnya anak perempuan. Dari data yang dilaporkan UNICEF, lebih dari 300.000 anak-anak perempuan dan laki-laki dibawah umur 18 tahun  direkrut menjadi tentara anak dan berperang dalam lebih dari 30 konflik di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen atau 120.000 tentara anak-anak adalah anak perempuan, namun sayangnya penderitaan yang sering muncul dan menjadi perhatian internasional sebagian besar berfokus pada anak laki-laki.
Secara global, ketika orang berbicara tentang tentara anak-anak, pemikiran yang muncul adalah anak laki-laki. Padahal masih terdapat banyak ratusan ribu anak perempuan yang juga dijadikan sebagai tentara anak. Sayangnya, mereka kurang terlihat bahkan sama sekali tidak terdeteksi, atau biasa disebut sebagai tentara bayangan (shadow armies) dalam konflik di seluruh dunia. Tentu saja hal tersebut mengacu pada konsep bagaimana perempuan dipandang tidak sejajar dengan laki-laki.
Penggunaan anak perempuan untuk dijadikan tentara anak merupakan satu bentuk eksploitasi yang sangat kejam. Anak perempuan tidak lagi dilindungi sebagaimana mestinya. Ketika menjadi tentara anak, anak perempuan cenderung mendapatkan perlakuan yang lebih buruk ketimbang anak laki-laki. Selain itu, saat berhasil keluar dari tentara anak, anak perempuan tidak mudah untuk diterima kembali ke dalam masyarakat ataupun keluarga. .Pada negara –negara  konflik , para pemberontak yang berkuasa memaksa seluruh elemen masyarakat untuk bergabung tidak terkecuali anak-anak, khususnya anak perempuan. Pada kasus anak perempuan, mereka berpikir dengan adanya anak perempuan mereka dapat mendapat keuntungan ganda, pertama mereka akan mendapatkan tenaga seperti anak laki-laki, kedua mereka dapat mengekploitasi seksual anak perempuan. Pemikiran tersebut merupakan representasi patriarki dan subordinasi pada anak perempuan. Tentu ini merupakan bentuk paling kejam. Mengingat kedua hal tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang berat..
            Perlu disadari secara bersama bahwa sistem yang mendominasi dan patriarki merupakan awal dari sebuah malapetaka bagi perempuan, terutama anak-anak perempuan.Tentunya yang harus dilakukan ialah menghapuskan sistem tersebut tanpa syarat sedikitpun. Mengingat, dominasi dan patriarki telah menyebabkan pelanggaran HAM yang berat. Seperti yang terjadi pada mantan tentara anak perempuan.


 -Sebagai tugas sinopsis dalam mata kuliah Hak Asasi Manusia-


 

Meuthia's World Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger