___”Melepaskanmu, kita, apa pun
yang menurut mereka cinta, lebih mudah daripada harus menyesal sepanjang Tuhan
masih meniupkan hidup.”
Kira kira itu kalimat yang
kupetik dari sebuah blog yang kubaca. Kalimat yang menutup tulisannya itu mampu
membuatku terhenyak. Terpaku . Betapa tiga ratus puluh hari sekian telah mengajarkan
kita tabah. Meski harap dan cemas bagai dua mata pisau yang siap-siap membunuh
kita di kemudian hari, kecuali takdir masih menyayangi kita.
Sabar dan menunggu bukanlah satu-satunya
cara terbaik untuk mendapatkan jawaban, meski yang dapat kita lakukan hanyalah
itu. Entah sampai kapan kita berdua cukup batu untuk bisa bertahan. Meski dalam
diam, pikiran kita sama rapuhnya. Kita sama-sama takut. Ya kan?
Kita memang tidak bisa kembali ke
masa lalu untuk mengubahnya , sayang. Kita pula tidak bisa melawan masa depan
untuk mencegahnya. Kita boleh saja patah tapi jangan sampai menyerah. Semoga
Tuhan masih mendengar doa yang kita rapalkan kepada setiap langit malam pukul
tiga. Aku memang masih bocah yang kapan saja bisa bertindak fatal, tapi aku
tetaplah bocah yang masih berpikir bahwa keajaiban di negeri dongeng itu ada.
entah itu akan terjadi kepada kita atau tidak, itu hanyalah perkara takdir.
Iya, hanyalah kepada takdir kita bersandar dan berserah. Meski manusia macam
aku bisa saja tamak dan menolak keburukan yang bakal terjadi jika takdir
bahwasanya mengharuskan kita kembali lagi kepada sepasang asing.
Mungkin kita berdua hanya bisa
berpikir waras melawan hari dan berhati
kukuh untuk bisa tabah. Kita hanyalah
bisa berusaha mengetuk hati tuhan lebih kencang agar bisa bermurah hati kepada
kita.Merubah keadaan kembali ke 360 derajat dan menyambut kita sebagai sepasang
merpati yang dimabuk cinta. Kita memang sepasang
keras kepala kan? maka duduk dan diam sajalah. Karena jalan pulang yang selalu
kutuju adalah rumahmu, kita. Jika memang
melepaskanmu itu adalah sebuah keharusan , aku selalu berharap kamu akan selalu
bermuara padaku. Seperti hujan yang mencintai bumi, begitu katanya—
_untuk kita yang keras kepala _
0 komentar:
Posting Komentar