Kamis, 05 Maret 2015

Feminisme yang tidak Feminis

Yeah mungkin terdengar rancu. tapi lebih kurangnya sedikit-menggambarkan-aku. Mungkin alis kalian agak sedikit bergerak naik ke atas dengan mimik muka bingung. Tapi biarkanlah aku sedikit bergurau untuk menjelaskannya

Well,entah mengapa diriku agak agresif dengan teori feminisme. Mungkin sejak kak gego ,dosen ku,mengajarkan teori ini dalam kelas dan aku tepatnya kala itu agak sedikit menggebu untuk tahu, yaa mungkin efek baru putus  dari pacarku dan menganggap betapa brengseknya laki-laki waktu itu. hehe .maafkan aku barisan para mantan, tapi secara tak sengaja aku bersyukur karena kalian aku tumbuh menjadi sedikit tangguh dan mandiri tanpa kalian.haha. 

 Atau mungkin saja aku tertarik sejak secara –tak-sengaja ibu ku sudah mencekoki diriku dengan hal-hal yang berbau gender sejak diriku masih berkeliaran dengan pakaian dalam. Saat itu yang kutahu ibuku wanita karir yg berangkat ke kantor saat aku baru bangun dan pulang saat aku sudah terlelap dengan susu botol.
Sejak aku duduk di bangku kuliah dan memilih studi ilmu hubungan internasional. Aku bersyukur bahwa studi yg aku pilih ini memiliki perhatiannya yg khusus dan penghargaannya yg tinggi terhadap masalah perempuan. Kecuali dosen pembimbingku  yg secara terang-terangan megutarakan ketidaksenangannya terhadap feminisme .”hari ini masih saja terlalu keperempuan-perempuanan.”begitu katanya.

Mungkin saja aku juga patut bersyukur kepada wanita-wanita amerika yg menyuarakan bahwa amerika pilih kasih dalam hak pilih pada pemilu dan  betapa terdiskriminasinya wanita negro . Sosok hebat yg tanpa mereka teori feminisme tak akan pernah ada. Dan tentunya kepada Kartini, Cut Nyak Dhien, Cut Meuthia, Dewi Sartika ,Christina Marta Tiahahu dan sederet pejuang wanita indonesia. Tanpa mereka wanita indonesia tidak melulu jadi benalu suami dan budak rumah yg mematikan langkah mereka untuk tahu bahwa di luar sana dunia butuh perempuan. Tidak hanya dirumah tetapi di sekolah , di rumahsakit, di kantor,  aatau kursi negara pun .

Yah aku bersyukur setidaknya hari ini perempuan-perempuan tumbuh menjadi sosok hebat  yang memiliki peran dwifungsi . Tidak hanya berperan merawat dan memelihara keluarga tetapi juga ikut berpikir bagaimana turut berperan dalam  sosial,politik,ekonomi dan budaya. Perempuan  tidak hanya menjadi roda pemimpin dalam rumah tangganya tetapi juga  mampu menjadi pemimpin dalam roda pemerintahan, setidaknya mampu memimpin dirinya sendiri
Tetapi tunggu dulu, betapa pun kesenangan dan ketertarikanku pada feminisme. Aku menolak dikatai feminis bahkan untuk menjadi seorang feminis sejati. Aku cukup sebatas sebagai penikmat. Bayangkanlah jika saja aku menjadi feminis :
-aku akan tidak punya anak. karena seorang feminis tidak akan menikah. yeah jika saja aku masuk dalam aliran feminis radikal
-hidupku akan berakhir menjadi seorang lesbian. yah, feminis radikal akan memiliki kecendrungan seperti itu
- seorang feminis tidak mau diperlakukan spesial oleh laki-laki dan hanya mengandalkan tangan dan kakinya seorang diri. but hey,  aku tidak ingin se-independent- begitu. terus terang biar bagaimana pun perempuan butuh laki-laki dan ingin diperlakukan spesial tentunya. tentu saja aku masih ingin :
-menikah dengan lelaki yg kucintai dan memiliki anak serta merawatnya
-aku ini sedikit gaptek tentu saja aku butuh laki-laki yang melek IT untuk memperbaiki laptopku yg rusak atau membantuku mengoperasikan program-programnnya
-aku tidak bisa memasang gantungan baju dibalik pintu , mengecat rumah, atau membetulkan pintu kamar yang macet. tentu saja aku butuh laki-laki yg bisa diandalkan dalam hal palu-memalu atau kasarnya dunia pertukangan
-aku tidak bisa memasang lampu jika tiba kalanya lampu mesti diganti dan akan panik jika pompa air dirumah tidak bisa menyala atau tiba-tiba mesin kendaraaanku mogok ditengah jalan . tentu saja aku butuh laki-laki yg tau mesin dan kebal listrik
-aku tentu saja ingin diperlakukan manis oleh laki-laki , dibukakan pintu mobil, dipersilahkan duduk jika tempat duduk di kelas atau di kendaraan umum sisa satu, mau membayar bon makanan di tempat makan, mengorbankan jaket atau jas  hujan meski dia harus kedinginan , mau mengantar pulang meski harus melewatkan tayangan sepakbola tim favoritnya dan tentunya kejutan manis dan romantis di hari spesial
-percayalah, aku tidak bisa mengangkat dan memasang galon dan tabung gas 3 kg

Jangan tertawa dulu, sederet daftar diatas bukan ajang persyaratan mencari jodoh. Tapi bisa dibayangkan jika betapa beratnya jika  hidup tanpa bantuan laki-laki. Betapa pun mandirinya seorang perempuan, pasti ada hal yang tidak bisa ia selesaikan sendiri dan mau tak mau harus meminta bantuan laki-laki. Yah, sudah kodrat perempuan . Bahwa sudah sepatutnya perempuan harus dilindungi dan dihargai oleh laki-laki. Melecehkan atau menyakiti perempuan sama saja dengan menyakiti dirinyaa sendiri . Bukankah tulang rusuk wanita tercipta dari  tulang rusuk laki-laki? :p

Sebaliknya pun begitu ,setangguh dan sejantan seorang laki-laki pun tidak dapat berdiri sendiri tanpa peran seorang perempuan . Bayangkan saja jika laki-laki harus hidup tanpa perempuan , maka :
-laki-laki akan selamanya hidup sendiri dan tidak menikah. Memangnya kuat hidup menjomblo seumur hidup? :p
-laki-laki tidak akan pernah bisa melahirkan
-laki-laki tidak akan pernah bisa menyusui
-Hidup mereka akan berakhir menjadi seorang gay.
-laki-laki tidak pandai memasak, mereka akan sulit membedakan mana ketumbar yang mana merica, atau yang mana jahe yang mana kunyit. kecuali mereka yang ditakdirkan dengan tangan ajaib yang bisa memasak [ lelaki yang punya keahlian seperti itu ,sangat seksi dimataku :p ]
-laki-laki akan menganggap urusan membersihkan rumah adalah hal yang remeh temeh
-laki-laki akan sulit memilih dan memakai pakaian yang sesuai untuk dipakai dalam kondisi atau acara-acara tertentu. Mungkin mereka akan memakai celana yang sama saat ke kantor dan saat harus menghadiri acara pernikahan
-laki-laki akan membiarkan pakaian kotor dan cucian piring menumpuk hingga segunung
-laki-laki akan hidup sengsara . 

Well, dari perbandingan diatas dapat dikatakan bahwa kesetaraan gender bukan berarti membuat jurang pemisah antara laki-laki dan perempuan tetapi bagaimana membedakan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan. Antara perbedaan peran tersebut mereka akan saling bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama. 

Aku bersyukur dilahirkan di dunia sebagai  seorang perempuan dan akan menjadi seorang ibu nantinya akan jauh lebih hebat. Lebih luar biasa lagi aku mampu memimpin diriku sendiri, memimpin keluarga dan memimpin negara . Dirbekatilah umur panjang perempuan !


 

Meuthia's World Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger